Wednesday, October 12, 2011

TITIK

. . .
. . .

Tak perlu ada orang lain yang menjelaskan padaku kalau aku itu sakit. Aku benar tak butuh dokter. Aku memang sakit. Parahnya, dokter belum temukan obatnya. Aku memang sakit. Gilanya, aku merasa tak mau disembuhkan. Oke, oke. Aku belum temukan cara untuk menyembuhkannya. Penyakit ini sudah menyebar keseluruh system di tubuhku ini, menyerang ketahanan tubuhku, mengganggu kinerja otakku, dan melumpuhkan hatiku.
Satu sisi tubuhku berteriak kencang. Bangkit! Bangkit! Berjuang! Bagaimana aku bisa memulai sesuatu yang baru, menjalani hidupku lagi kalau aku belum rela memberikan akhir pada hari ini.

Jika kau ingin menjalani hari baru, maka berikan akhir pada hal yang mengganjal hatimu. Sebuah kalimat diakhiri dengan sebuah titik. Titik menandakan awal kalimat yang baru.  Ciptakan sebuah titik hingga kau dapat mengucapkan ‘sampai jumpa’ bukannya ‘selamat tinggal’.

Seperti malam ini, aku tiba pada satu titik. Titik perubahan. Titik yang menandakan aku untuk melanjutkan hidup. Titik kesembuhanku.

No comments:

Post a Comment