Monday, April 29, 2013

My Reply Episode 3


Nah, cerita berikut merupakan sambungan dari dua kisah sebelumnya. Tentang Una menjawab tahun-tahun di masa kecilnya.

Reply 1997. Tentu udah pada tau dong yaa dengan drama yang satu ini. Ya, drama yang menceritakan kisah anak-anak SMA di Busan pada tahun 1997. Disamping kisah sahabat dan cinta pertama, drama ini juga menyajikan apa saja yang popular pada saat itu, grup idola kebanggaan mereka sehingga mereka yang juga mengalami masa2 SMA di tahun 1997 dapat mengulang lagi kenangan manis itu.

Nah, aku bertanya dimana aku berada di tahun 1997. Kalau mereka telah duduk di bangku SMA, aku masih duduk di bangku SD. Masih kecil dan lagi imut2nya. Ha ha ha. 


Note: Kisah ini sudah dimodifikasi disana sini!! Jika ada kesamaan ditiap adegannya, murni ketidaksengajaan!!

Episode 3
1997

Berita yang sangat menyedihkan dating dari Arkan. Dia ingin pindah ke kota lain. Hiiks. Hiiks. Hilang sudah teman kecilku. Tidak ada lagi yang suka iseng dirumah. Tidak ada lagi yang suka panggil-panggil namaku disiang hari. Tidak ada lagi sahabat yang ngajak main kejar-kejaran. Tidak ada lagi sahabat yang biasa nemenin aku naik sepeda di sore hari. Tidak ada lagi temen untuk ngerjain tugas. Bisa bayangkan kan gimana perasaanku waktu itu. Oh.. My only friend.

Suatu sore Arkan mengajakku bermain sepeda seperti biasa. Setelah kami mengelilingi sawah-sawah dan rumah2 dilingkungan kami, tibalah kami disebuah lapangan.
Arkan    : Na, aku mau pindah.
Aku        : hah?
Arkan    : Aku mau pindah. Semua keluarga ikut.
Aku        : Kemana?
Arkan    : Ke Palembang. Ayah pindah tugas kesana.
Aku        : terus aku?? Tidak punya teman lain dong?? Kapan mau pindahnya?
Arkan    : Lusa. Maaf ya Na. Kalau aku balik kesini kita main bersama lagi.
Aku        : (merengut, diam tak berkata)
Saat itu aku tahu, aku akan kehilangan sahabat dekatku. Dan lusa itupun dia pergi, sebelumnya dia bilang, “Na, kasih uang aku ya sama Ahmad. Aku minjem uang dia kemarin” Ya ampuuuuuun, Arkan!!!! Sejak itu aku mulai mencari teman yang dapat menggantikan Arkan. Hasilnya? Tidak ada. Cuma dia sahabat dekat masa kecilku.

Di sekolah aku merasa seperti anak pindahan. Karena aku dipindahkelaskan ke kelas B - kelasnya Arkan dulu. Alasannya tidak jelas. Di kelas baru ini, teman2 lebih ramah. Tidak ada “the devil” dan “si arrogant”. Ada satu kisah lain disini. Seorang teman ku, namanya Raja, menelan biji kelereng. Disaat itu, pelajaran sedang berlangsung. Tiba-tiba aku mendengar kalau ada suara-suara seperti orang tercekik. Dan disanalah ia sedang berusaha mengeluarkan biji kelereng. Matanya melotot, wajahnya merah, dia keliahatan ketakutan luar biasa. Suasana langsung kacau, guru menghentikan pelajaran dan dia dilarikan ke puskesmas. Waktu itu emang lagi heboh-hebohnya permainan kelereng, bola kasti, dan badminton. Mungkin dipikirnya itu permen kali yaaaa…



Dan salah satu temanku ada yang keturunan Cina. Lupa namanya. Cowok yang enggak pernah bicara. Malu mungkin dia ya? Secara beda sendiri di kelas. Paling bening dan paling cipit dan agama juga berbeda. Dulu aku tu gak ngerti kalau dia bukan penganut agama Islam. Jadi aku sering suruh dia baca doa sebelum belajar. Maksa lebih tepatnya. He.. he.. Mungkin setelah terbebas dari bayang-bayang Pia “the devil” dan Ika “si arrogant” sifat asli ku muncul atau aku terpicu perbuatan mereka dulu? Entah lah! Yang pasti aku jadi suka isengin cowok cipit itu.

Lama kelamaan di kelas ini, aku tidak ke kantin sendiri. Aku selalu pergi dengan Watul, teman semeja ku. Kami duduk dibelakang saat itu. Watul berambut panjang dan selalu dipakai minyak rambut dan dikepang. Klimis banget de pokoknya. Oiya, rumah enggak begitu jauh dari rumahku. Dia tinggal di kampung tetangga. Dia senang menggambar rumah dan gunung. Selalu. Tiap ada pelajaran kesenian, yang digambarnya selalu rumah dan gunung. Disamping segala hal yang telah terjadi di tahun itu, aku bersyukur mengenalnya. Akhirnya tahun itu aku mempunyai seorang teman. Mungkin setelah pindahnya Arkan, Watul orang yang dapat ku percayai untuk ku berikan mahkota sahabat kepadanya.

Disela-sela kejadian yang terjadi, tamagochi merajai dunia anak-anak. Tau dong ya apa itu tamagochi. Dia itu seekor bitang peliharaan yang kita pelihara secara virtual, digital gitu dee (gak tau apa istilahnya).  Dia perlu diberikan makan, buang air besar dan tidur. Dia juga bisa mati. Kalau dia mati ulangi lagi aja permainannya. Aku dulu punya satu, tapi dia bentar2 mati. Maklum ya, yang rawat anak SD.

Disamping tamagochi, anak-anak perempuan sibuk dengan tukar-tukaran kertas binder. Tiap anak perempuan ada, kecuali aku. Mereka berlomba-lomba beli kertas binder yang paling bagus. :D

No comments:

Post a Comment